Jakarta – Fenomena maraknya pengibaran bendera bergambar simbol anime One Piece menjelang HUT ke-80 Republik Indonesia memicu perdebatan panas di publik. Apa yang awalnya dianggap sekadar tren hiburan, kini disebut-sebut berpotensi menjadi pintu masuk propaganda kelompok pengasong khilafah seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur Ali Mahdi, memperingatkan bahwa fenomena ini tidak bisa dipandang remeh. Menurutnya, pola yang digunakan kelompok ini mirip dengan strategi lama mereka memanfaatkan isu kerakyatan atau ketidakpuasan publik terhadap pemerintah untuk menyusupkan narasi anti-NKRI.
“Bendera One Piece bisa jadi kedok. Awalnya ringan, tapi rawan dipakai untuk mempropagandakan ide khilafah,” ujar Habib Syakur. Ia juga menyinggung munculnya influencer-influencer simpatisan khilafah seperti Felix Siauw dan media propaganda HTI yang mulai memanaskan isu ini di media sosial.
Peringatan serupa disampaikan analis politik Islam, Yusra R. Nugroho. Menurutnya, isu ini menjadi “titik rawan” yang dapat dipelintir menjadi argumen bahwa sistem demokrasi gagal, sehingga hanya khilafah yang dianggap mampu menegakkan keadilan.
Pengamat menilai, jika pemerintah tidak cepat dan cerdas dalam merespons, fenomena bendera One Piece bisa berkembang menjadi gerakan radikalisasi terselubung yang menggerus fondasi kebangsaan yang telah dibangun selama delapan dekade kemerdekaan Indonesia.