Jakarta – Di tengah derasnya arus informasi digital, hoaks dan ujaran kebencian kini tidak hanya mengancam harmoni sosial, tetapi juga berpotensi mengguncang pilar strategis bangsa: ketahanan pangan nasional. Hal ini disampaikan oleh Kanit Kamneg Baintelkam Mabes Polri, AKBP Rezky Suryawijaya, dalam sebuah kegiatan edukasi bertajuk “Penguatan Karakter dan Literasi Digital: Cerdas, Kritis Tanpa Hoaks dan Hate Speech”, di Jakarta, Senin (20/10/2025).

Kegiatan ini di gelar di 2 Sekolahan yakni SMK As-Syafiiyah Jakarta Selatan dan SMK Cyber Media, Jl. Duren Tiga Raya No.12, Pancoran, Jakarta Selatan.

Menurutnya, serangan informasi yang menyesatkan atau bersifat provokatif bisa berdampak langsung pada kepercayaan publik terhadap kebijakan pemerintah, termasuk kebijakan di sektor pangan yang menjadi fokus utama pemerintahan Prabowo-Gibran.

“Ujaran kebencian maupun isu hoaks yang menyebar di ruang digital bukan hanya merusak persatuan bangsa, tapi juga bisa mengganggu stabilitas ekonomi dan ketahanan pangan. Ketahanan pangan sangat penting dalam strategi pertahanan nasional karena menyediakan stabilitas yang mendukung keamanan dan kesejahteraan masyarakat,” tegas AKBP Rezky.

">

Ia menjelaskan, negara dengan ketahanan pangan yang baik akan lebih mandiri dan tangguh menghadapi gejolak global.

“Ketika suatu negara memiliki ketahanan pangan yang kuat, ketergantungan pada impor menurun. Ini melindungi kita dari ancaman eksternal seperti embargo pangan atau fluktuasi harga global yang bisa mengganggu akses masyarakat terhadap bahan pokok,” tambahnya.

AKBP Rezky menegaskan bahwa pemerintah kini menempatkan isu ketahanan pangan dalam prioritas utama kebijakan nasional. Program seperti diversifikasi tanaman, peningkatan produksi pangan lokal, dan penerapan teknologi pertanian modern menjadi strategi utama untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor.

“Dalam konteks pertahanan, ketahanan pangan memungkinkan negara tetap kuat dan stabil di tengah krisis global. Inilah mengapa literasi digital dan ketahanan informasi juga penting agar masyarakat tidak mudah terprovokasi oleh isu hoaks yang dapat melemahkan semangat kemandirian bangsa,” jelasnya.

Ia menutup dengan pesan moral kepada generasi muda untuk menjadi pelindung ruang digital Indonesia.

“Bijaklah dalam bermedia sosial. Setiap klik dan unggahan bisa berdampak pada stabilitas bangsa. Mari gunakan jempol untuk memperkuat Indonesia bukan untuk menyebar kebencian, melainkan membangun kedaulatan pangan dan kedamaian nasional,” bebernya.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMK As-Syafiiyah, Ibu Endah Kusuma Dwi Astuti, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari pembentukan karakter siswa agar lebih bijak dan kritis di dunia maya.

“Siswa harus mampu memilah informasi dan tidak mudah terbawa arus provokasi di media sosial. Kami ingin mereka menjadi generasi yang cerdas digital, bukan korban klikbait,” tegasnya.

Ditempat yang sama, Aziza selaku Kepala Seksi SMK, Kursus, dan Pelatihan Wilayah II Suku Dinas Pendidikan Jakarta Selatan, menjelaskan bahwa pembinaan karakter digital sangat penting di era ketika hampir semua siswa memiliki lebih dari satu akun media sosial.

“Media sosial seharusnya menjadi sarana belajar dan berbagi hal positif. Namun banyak kasus menunjukkan justru digunakan untuk hal-hal negatif yang berpotensi merusak citra sekolah,” ujarnya.

Aziza juga menekankan pentingnya penggunaan media sosial secara bertanggung jawab, agar tidak ada lagi sekolah yang tercantum dalam daftar hitam akibat ulah oknum pelajar.

Terpisah, di SMK Cyber Media, Kasatlak Pendidikan Wilayah II Jakarta Selatan, Ibu Nunuk membuka kegiatan dengan pesan kuat agar para siswa berhati-hati dalam bermedia sosial.

“Setiap postingan, komentar, atau unggahan di media sosial pasti dipertanggungjawabkan, baik secara hukum maupun moral. Jangan sampai jari kita justru menjadi sumber masalah. Ingat, hoaks dan ujaran kebencian bukan hanya merusak diri sendiri, tapi juga memecah persatuan,” tegasnya.

Nunuk mengingatkan agar pelajar menjadi generasi yang membawa ketenangan, bukan keributan, serta memutus rantai penyebaran hoaks dengan menyebarkan informasi positif.

Sementara itu, Creative Director Inilah.com Rebby Noviar memaparkan bagaimana hoaks bisa cepat menyebar karena memanipulasi emosi pembaca dengan judul provokatif.

“Banyak informasi menyesatkan beredar di grup WhatsApp keluarga, sekolah, bahkan teman. Biasakan untuk memeriksa kebenarannya, baca hingga selesai, dan bandingkan dengan sumber lain. Jangan takut mengatakan kepada teman bahwa berita itu hoaks,” jelasnya.

Rebby juga mengingatkan tentang bahaya penyalahgunaan teknologi kecerdasan buatan (AI).

“Sekarang sudah banyak video manipulatif menggunakan AI yang bisa membuat publik salah paham terhadap tokoh tertentu. Jadi, hati-hati sebelum percaya atau ikut menyebarkannya,” tukasnya.