Jakarta — Ratusan anggota Laskar Santri Nusantara menggelar aksi damai di depan Gedung Trans7, Jakarta Selatan, pada Selasa siang(14/10/25). Aksi ini merupakan bentuk protes terhadap tayangan program Xpose Uncensored yang dinilai tendensius serta merugikan citra pesantren di mata publik.

Sejak pukul 10.00 WIB, massa aksi mulai memadati area depan gerbang utama stasiun televisi swasta tersebut. Mereka membawa sejumlah spanduk berisi seruan moral seperti “Hormati Pesantren, Hormati Santri” dan “Media Harus Edukatif, Bukan Provokatif.” Aksi dilakukan secara tertib dengan orasi, pembacaan pernyataan sikap, serta pemasangan spanduk sebagai simbol penolakan terhadap pemberitaan yang dianggap tidak profesional.

Ketua Umum Dewan Koordinasi Nasional (DKN) Laskar Santri Nusantara, Didik Setiawan, S.Kom.I, dalam orasinya menegaskan bahwa aksi ini lahir dari keprihatinan mendalam terhadap maraknya pemberitaan media yang dinilai semakin jauh dari nilai-nilai edukatif dan etis.

“Kami datang dengan damai, tapi tegas menuntut tanggung jawab. Tayangan tersebut telah menyinggung institusi pesantren dan menurunkan kepercayaan publik terhadap lembaga pendidikan Islam. Media seharusnya menjadi sarana edukasi, bukan sumber fitnah atau sensasi,” ujar Didik di hadapan para peserta aksi.

">

Dalam aksinya, Laskar Santri Nusantara menyampaikan empat poin tuntutan utama:

Mendesak pihak Trans7 untuk segera menyampaikan klarifikasi dan permintaan maaf terbuka kepada publik serta komunitas pesantren.

Meminta Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) melakukan investigasi terhadap tayangan Xpose Uncensored dan menjatuhkan sanksi apabila ditemukan pelanggaran kode etik jurnalistik.

Mendorong evaluasi menyeluruh terhadap tim redaksi dan produser program terkait.

Mengimbau seluruh media nasional agar lebih selektif dan profesional dalam mengangkat isu-isu keagamaan dan sosial.

Selama aksi berlangsung, suasana tetap kondusif. Pihak kepolisian dan petugas keamanan turut hadir untuk membantu mengatur lalu lintas dan menjaga ketertiban di sekitar lokasi. Sekitar pukul 13.00 WIB, massa aksi membubarkan diri dengan tertib usai menyerahkan surat tuntutan resmi kepada perwakilan manajemen Trans7.

Menutup aksi tersebut, Didik Setiawan menegaskan bahwa unjuk rasa ini bukan bentuk permusuhan terhadap media, melainkan peringatan moral bagi insan pers agar tetap menjunjung tinggi etika, kejujuran, dan tanggung jawab sosial dalam setiap produk jurnalistik.

“Kami tidak ingin kejadian seperti ini terulang. Dunia pesantren bukan objek sensasi, tetapi bagian dari solusi bangsa,” pungkasnya.