Jakarta — Menanggapi kritik dan sindiran tajam yang dilayangkan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (BEM KM UGM) kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid, angkat suara. Ia mengingatkan pentingnya sikap proporsional, jujur, dan konstruktif dari kalangan mahasiswa sebagai agen perubahan, bukan agen provokasi atau pembuat framing negatif yang menyesatkan publik.
“Mahasiswa itu agen perubahan, bukan agen pembusukan institusi negara. Apalagi sampai memutarbalikkan keadaan dan membangun opini keliru yang bisa menyesatkan masyarakat,” tegas Habib Syakur di Jakarta, Senin (17/6/2025).
Pernyataan ini disampaikan menanggapi isi surat undangan terbuka BEM KM UGM yang menyindir keras institusi Polri melalui diskusi publik bertajuk “Bulaksumur Menegur”, termasuk tudingan bahwa Kapolri membiarkan atau bahkan memerintahkan aparat bertindak represif terhadap massa aksi saat peringatan May Day 2025.
Habib Syakur menilai narasi yang dibangun BEM UGM sangat tidak proporsional dan terkesan mengabaikan fakta-fakta objektif. Ia menjelaskan bahwa dalam sistem negara hukum, kebebasan berpendapat dijamin konstitusi, tetapi tetap harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan tidak melanggar aturan yang berlaku.
“Kalau demonstrasi disusupi tindakan anarkis, kekerasan, atau provokasi melawan hukum, maka wajar bila Polri bertindak tegas. Itu bukan represif, itu tugas hukum. Justru kalau Polri diam saja, negara bisa kacau,” ujarnya.
Habib Syakur juga menegaskan bahwa Polri saat ini tengah menjalani reformasi institusional yang serius. Di bawah kepemimpinan Jenderal Listyo Sigit, Polri telah menunjukkan keterbukaan, profesionalitas, dan pendekatan humanis. Banyak program Presisi yang memperkuat transparansi, akuntabilitas, dan pelayanan masyarakat.
“Jangan karena satu-dua tindakan oknum, lalu institusinya dihantam habis-habisan. Itu tidak adil dan justru mencederai semangat demokrasi yang sehat,” tambahnya.
Sebagai tokoh nasional, Habib Syakur mengajak mahasiswa untuk mengedepankan data, dialog terbuka, dan niat tulus membangun bangsa—bukan menjadi corong kepentingan politik tertentu yang hanya ingin menciptakan konflik antara rakyat dan aparat.
“Mahasiswa itu kekuatan moral. Jangan sampai malah ikut memperkeruh suasana dengan narasi sepihak. Kritik boleh, tapi harus disertai tanggung jawab intelektual. Jangan menyeret mahasiswa menjadi pion agitasi yang menyebar ketidakpercayaan terhadap aparat,” tegasnya.
Menjelang peringatan Hari Bhayangkara ke-79, Habib Syakur mengajak semua pihak untuk menghormati peran strategis Polri dalam menjaga keamanan nasional. Menurutnya, Polri bukan musuh rakyat, tetapi mitra masyarakat dalam menjaga keutuhan NKRI.
“Di tengah derasnya tantangan bangsa, kita butuh Polri yang kuat, dipercaya, dan profesional. Mari bantu Polri berbenah dengan semangat kebangsaan, bukan dengan hujatan yang dibalut satire murahan,” tutupnya.