Jakarta – Diskusi publik bertema “Di Tengah Sorotan Publik: Reformasi Polri & Pertaruhan Kepercayaan Masyarakat di Era Digital” berlangsung hangat di Kopi Oey, Blok M Square, Jakarta Selatan, Jumat (21/11/2025). Acara yang digelar Corong Rakyat dan JARI 98 ini menghadirkan sejumlah tokoh nasional, seperti Sekjen JARI 98 Ferry Supriyadi, Direktur Rumah Politik Indonesia Fernando Emas, serta politikus dan advokat senior Ruhut Sitompul. Diskusi dipandu oleh moderator Abdullah Kelrey.
Dalam paparannya, Ruhut Sitompul membuka sesi dengan gaya khasnya yang lugas dan penuh humor. Ia mengibaratkan hubungan publik dengan kepolisian seperti lagu Rinto Harahap.
“Polisi ini kalau meminjam lagunya almarhum Rinto Harahap, kita ini selalu benci tapi rindu. Begitulah polisi,” ujar Ruhut disambut tawa peserta.
Ruhut kemudian menyinggung dinamika putusan Mahkamah Konstitusi terkait kewenangan dan penempatan anggota Polri. Ia menilai ada hal yang disayangkan dari cara MK memandang persoalan tersebut.
“Saya lihat MK itu kadang seperti katak di bawah tempurung. Kurang luas memandang konteksnya,” tegas Ruhut.
Menurutnya, kondisi internal dan eksternal Polri tidak bisa dipahami secara sempit. Ia mengingatkan bahwa keberadaan polisi di berbagai lembaga sering kali atas dasar kebutuhan institusi tersebut, bukan semata-mata keinginan Polri.
“Pak Kapolri kemarin bilang dengan jujur, itu bukan keinginan kami. Tapi user merasa membutuhkan polisi di beberapa kementerian. Mereka butuh ahli hukum, butuh Kantibmas. Jadi konteksnya harus dilihat dari kebutuhan negara,” lanjutnya.
Meski begitu, Ruhut menyoroti langkah cepat Polri yang langsung menindaklanjuti putusan MK dengan menarik perwira yang bertugas di instansi lain.
“Menurut saya itu terlalu cepat. Harusnya ditahan dulu, dipertimbangkan lagi. Jangan terburu-buru,” kata Ruhut.
Ia juga menyinggung tantangan Polri di era digital, terutama setelah kasus besar seperti Sambo yang sempat memukul citra institusi.
“Citra polisi itu sempat jatuh, tapi sekarang sudah naik lagi. Media sosial ini ganas, bukan hanya untuk polisi, tapi untuk kita semua,” ucapnya.
Dalam sesi akhir, Ruhut meminta seluruh elemen masyarakat, termasuk aktivis 98, untuk tetap objektif dan mendukung Polri agar terus melakukan pembenahan.
“Jangan hanya menyalahkan polisi. Kita semua kalau ada masalah saja baru tanya, ‘Mana polisi?’ Jadi mari kita tetap percaya Polri, tapi juga meminta mereka bekerja dengan baik dan tidak melanggar hukum,” tukasnya.
