Jakarta – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur Ali Mahdi dengan tegas mengecam pernyataan Rismon Sianipar yang mendesak agar Polri dibubarkan, serta Said Didu yang menyebut bahwa Polisi sebaiknya berada di bawah Satpol PP.

Menurut Habib Syakur, kedua pernyataan tersebut adalah bagian dari desain sistematis untuk melemahkan Polri dan merusak kepercayaan publik terhadap aparat penegak hukum.

“Ini bukan sekadar kritik. Ini provokasi berbahaya yang ingin menggiring opini agar masyarakat kehilangan kepercayaan pada polisi. Bahkan, ada pola sistematis yang ingin menggeser fungsi Polri menjadi seperti Kementerian Keamanan, seolah-olah negara ini sedang diarahkan ke model otoriter,” tegas Habib Syakur di Jakarta, hari ini.

Habib Syakur menilai bahwa usulan seperti itu tidak masuk akal dan mencerminkan kebencian pribadi, bukan solusi atas masalah. Ia menegaskan bahwa Polri merupakan institusi vital yang menjaga stabilitas dan keamanan nasional dan telah melalui proses reformasi institusional sejak 1999.

">

“Kalau Polisi dibubarkan, siapa yang menjaga kamtibmas? Apakah kita mau kembali ke masa tanpa hukum? Jangan gila! Polisi itu bukan musuh rakyat, tapi penjaga rakyat dari kekacauan,” ujarnya tegas.

Habib Syakur juga mengingatkan bahwa narasi yang mencoba memecah belah antara rakyat dan aparat merupakan strategi lama kelompok oportunis politik, yang ingin memanfaatkan sentimen publik untuk menghantam simbol negara.

“Saya melihat, ini bagian dari upaya mendesain ulang sistem negara dengan dalih reformasi. Padahal tujuannya jelas: melemahkan pilar keamanan, agar negara ini mudah dikacaukan dari dalam,” lanjutnya.

Karena itu, Habib Syakur menyerukan kepada publik untuk tidak terprovokasi dengan narasi sesat yang justru menguntungkan pihak-pihak yang ingin membuat instabilitas politik dan keamanan jelang 1 tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran.

“Sudah cukup bangsa ini diadu-adu. Jangan mau ditipu oleh orang yang pura-pura peduli rakyat, tapi sebenarnya sedang menghancurkan negara,” pungkasnya.