Oleh Ayik Heriansyah
Pengurus Lembaga Dakwah PWNU Jawa Barat
Di tengah kegelapan Makkah, sebuah tanda-tanda agung mulai terukir, mengumumkan kedatangan sosok yang akan mengubah sejarah peradaban. Malam itu, bukan hanya manusia yang merasakan getaran suci, tetapi seluruh makhluk.
Diriwayatkan bahwa setiap hewan milik orang Quraisy berbicara dengan suara yang jelas, seolah-olah alam semesta itu sendiri ikut bersaksi: “Rasulullah telah berada di kandungan,” begitulah kalimat yang mereka ucapkan, “Demi Tuhan Ka’bah, ia adalah pemimpin dan pelita penduduk dunia. Dan tahta raja-raja Arab dan ‘Ajam tertelungkup.” (an-Ni’mah al-Kubra ‘ala ‘Alam fi Maulid Sayyid Walad Adam, hal 12 Maktabah Haqiqah Istanbul, 1432 H/2011 M).
Tanda ini bukanlah isyarat biasa. Ia adalah pengumuman dari langit ke bumi, sebuah proklamasi atas kelahiran seorang pemimpin yang tidak akan tunduk pada batasan geografis atau kekuasaan manusiawi. Kehadirannya adalah awal dari berakhirnya tirani dan dimulainya era baru yang dipimpin oleh cahaya petunjuk.

Keajaiban lain yang menyertai kelahirannya diceritakan oleh Syaikh Syihabuddin Ahmad bin Hajar al-Haitami. Seorang Yahudi di Makkah merasakan firasat kuat dan bertanya kepada orang-orang Quraisy tentang kelahiran seorang bayi.
Ketika ia melihat tanda kenabian di antara pundak bayi Muhammad saw, ia tersungkur pingsan. Setelah sadar, ia berkata: “Hilanglah kenabian dari Bani Israil. Hai orang-orang Quraisy, ketahuilah, Demi Allah, akan muncul kekuasaan yang kuat yang beritanya akan menyebar dari timur dan barat.” (an-Ni’mah al-Kubra ‘ala ‘Alam fi Maulid Sayyid Walad Adam, hal 12-13 Maktabah Haqiqah Istanbul, 1432 H/2011 M).
Cahaya terang memancar dari kediaman Aminah, menerangi langit hingga ke istana-istana negeri Syam. (Jalaluddin as-Suyuti, Durr al-Mantsur, juz 1, hal. 334, Dar al-Fikr).
Sementara itu, istana Kisra Raja Persia bergetar hebat, dan 14 balkonnya runtuh. (Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari Syahr Shahih al-Bukhari, juz VII, hal 277, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2003). Isyarat bahwa kekuasaan lama akan segera digantikan oleh risalah yang dibawa oleh sang Nabi.
Kelahiran Nabi Muhammad saw bukan hanya menandai hadirnya seorang pemimpin spiritual, tetapi juga menjadi awal dari terbentuknya Daulah Nabawiyah—negara kenabian yang unik dan tak tergantikan dalam sejarah umat manusia.
Daulah Nabawiyah berdiri di Madinah selama sepuluh tahun, sejak Piagam Madinah disusun hingga wafatnya Rasulullah saw. Negara ini bukan hasil perebutan kekuasaan, melainkan manifestasi dari wahyu ilahi. Rasulullah saw memimpin sebagai kepala negara, hakim, panglima, dan guru umat, dengan bimbingan langsung dari Allah Swt.
Prinsip-prinsip yang dijalankan dalam Daulah Nabawiyah mencerminkan nilai-nilai universal Islam persatuan di atas suku dan kabilah. Konstitusi Piagam Madinah yang menjamin hak Muslim dan non-Muslim Musyawarah dan keadilan hukum. Perlindungan terhadap yang lemah dan penegakan hak sosial.
Tidak ada negara lain dalam sejarah yang memiliki karakter seperti Daulah Nabawiyah. Ia bukan khilafah, bukan kerajaan, dan bukan republik. Ia adalah satu-satunya negara yang dipimpin oleh seorang Nabi yang ma’shum, dengan wahyu sebagai sumber hukum dan kebijakan.
Kelahiran Muhammad saw adalah kelahiran seorang pemimpin global sejati. Ia datang bukan untuk memimpin satu bangsa atau satu suku, melainkan untuk seluruh umat manusia. Risalahnya melampaui batas-batas politik dan geografis, menyentuh hati manusia dari berbagai latar belakang.
Kehadirannya mengawali sebuah era di mana keadilan, kebenaran, dan cahaya petunjuk menggantikan kegelapan, kezaliman, dan kebatilan. Dan Daulah Nabawiyah adalah bukti nyata bahwa kepemimpinan nubuwwah bisa hadir di dunia, meski hanya sekali dalam sejarah.