TARAKAN – Penyelesaian konflik atau permasalahan ketenagakerjaan kini tidak harus dengan aksi turun ke jalan atau demonstrasi, namun dapat dilakukan dengan duduk bersama antara serikat pekerja dengan perusahaan.
Merubah pola berfikir seperti ini tentu tidak mudah dan mindset perusahaan jika ada serikat pekerja pasti ada aksi demo atau perlawan terhadap perusahaan.
Sehingga perlu usaha lebih untuk merubah pola – pola lama ini, seperti yang dilakukan serikat pekerja di Kota Tarakan yang akan melaksanakan peringatan hari buruh internasional atau may day 1 Mei 2025 mendatang.
Sumardi selaku ketua panita may day 2025 di Tarakan mengatakan, puncak peringatan may day akan dilaksanakan penanaman pohon di Embung Persemaian dengan melibatkan sekitar 400 pekerja dari 4 serikat pekerja yang ada di Tarakan.

“Dalam tiga tahun terakhir ini kita sudah melakukan kegiatan untuk masyarakat, contoh jalan santai dan segala macam. Karena saat ini kita melihat situasi Tarakan rawan dengan banjir karena adanya penggundulan hutan jadi kami melakukan penanaman pohon,” ujar Sumardi, Minggu (27/4/2025).
Kegiatan penanaman pohon di 1 Mei berkolaborasi antara serikat buruh, perusahaan dan pemerintah, secara nasional rangkaian kegiatan hari buruh juga akan dilaksanakan Diklat Nasional, Jambore Nasional, dan Family Gathering di internal perusahaan.
Wakil Ketua DPC FSP Kahutindo Tarakan ini menambahkan, melakui kegiatan ini diharapkan ada harmonisasi antara serikat buruh, perusahaan dan pemerintah.
“Kita ketahui sendiri, dimana – mana seolah – olah serikat buruh ini buruk dengan pengusaha, seperti musuh, padahal serikat pekerja dan pengusaha adalah mitra,” ungkapnya.
Ada tiga unsur dalam penyelesaian permasalahan tenaga kerja yang dinamakan Tripartite yakni serikat pekerja, APINDO dan Pemerintah. Sehingga diharapkan kedepan jika ada persoalan dapat diselesaikan melalui duduk bersama, melalui forum bersama.
“Itu tujuan kita, menghilangkan citra buruk (demo), inilah yang kami bangun bahwa kami inilah mitra yang benar, serikat yang benar. Jadi kami hanya menyampaikan apa yang menjadi hak dan kewajiban dan tidak ada yang dirugikan sehingga timbul hubungan industrial yang baik,” katanya.
Kahutindo, saat ini tidak lagi berbicara bagaimana harus turun ke jalan, harus memperjuangkan aspirasi, karena turun ke jalan memerlukan biaya dan tenaga.
“Sekarang kita berfikir bagaimana kita harus duduk bersama, dengan pemerintah dan pengusaha untuk membicarakan hal ini, kalau kita bisa selesaikan di atas meja ngapain turun ke jalan,” sambungnya.
Momentum hari buruh internasional ini serikat pekerja ingin merubah paradigma pihak pengusaha bahwa serikat pekerja dapat berkolaborasi dengan pengusaha dan pemerintah.