Jakarta – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur Ali Mahdi Alhamid mengingatkan seluruh tokoh bangsa untuk menahan diri dari retorika provokatif dan spekulatif yang dapat memicu perpecahan, terutama terkait isu ijazah Presiden Joko Widodo yang kembali diangkat oleh Ketua Majelis Syura Partai Ummat, Prof. Amien Rais.

Dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (30/7/2025), Habib Syakur menyayangkan keras pernyataan Amien Rais yang menyebut kasus ijazah Jokowi berpotensi memicu kerusuhan sosial. Menurutnya, retorika semacam itu bukan hanya tidak bertanggung jawab, tetapi juga membahayakan stabilitas nasional.

“Apa yang disampaikan Pak Amien bukan kritik konstruktif, tapi sudah mengarah pada teror psikologis terhadap rakyat dan negara. Kita ini bukan bangsa yang menyelesaikan masalah dengan ancaman kerusuhan,” tegas Habib Syakur.

Ia menilai, sebagai tokoh reformasi dan mantan ketua MPR, Amien Rais semestinya memberikan keteladanan moral dan politik yang mencerdaskan, bukan justru menyulut bara dengan narasi intimidatif. Menggiring opini publik bahwa Presiden terjebak dalam ‘lingkaran kebohongan’ tanpa bukti hukum yang sah, hanyalah bentuk agitasi yang dapat memperkeruh suasana.

">

“Kalau memang ada bukti sahih, tempuh jalur hukum, bawa ke pengadilan. Tapi jangan main tuduh dan ancam negara dengan skenario kerusuhan. Itu bukan budaya demokrasi, itu budaya destruktif,” tegasnya lagi.

Habib Syakur juga menekankan bahwa isu ijazah Jokowi sudah berkali-kali dibuktikan tidak berdasar melalui berbagai forum hukum, termasuk pengadilan. Menghidupkan kembali isu yang sudah dianggap selesai tanpa fakta baru adalah bentuk pengaburan fokus publik dari agenda-agenda besar kebangsaan.

“Kita ini sedang berjuang keluar dari tekanan ekonomi global, membangun stabilitas pasca transisi kekuasaan. Jangan malah kita diseret ke jurang keresahan oleh isu yang sifatnya politis dan penuh ilusi,” ujarnya.

Ia menambahkan, tidak ada manfaat dari mengulang-ulang narasi kebencian yang sama, apalagi jika dibumbui dengan insinuasi bahwa rakyat akan marah atau terjadi kerusuhan. Menurutnya, rakyat Indonesia adalah masyarakat yang dewasa secara politik dan mencintai kedamaian.

“Saya yakin rakyat kita lebih cerdas dan tidak akan ikut dalam skenario adu domba. Tapi para tokoh jangan justru menjadi pemantik percikan api,” ujar Habib Syakur.

Sebagai penutup, Habib Syakur mengajak seluruh komponen bangsa, termasuk para tokoh senior, untuk memberi contoh narasi persatuan dan tidak lagi menjadikan politik sebagai ajang saling menjatuhkan.

“Mari kita rawat republik ini dengan kejujuran, bukan kebohongan berjubah kebenaran. Kritik boleh, tapi dengan cara yang bermartabat, bukan dengan ancaman,” pungkasnya.

Temukan juga kami di Google News.