Jakarta – Pengamat politik Universitas Nasional (UNAS), Selamat Ginting, menilai tren pengibaran bendera Jolly Roger dari serial One Piece oleh kalangan muda perlu dilihat dengan kacamata yang lebih bijak. Menurutnya, meski tampak kontroversial, aksi tersebut tidak serta merta mencerminkan hilangnya rasa nasionalisme generasi milenial.
“Cara berpikir generasi milenial berbeda. Jangan sampai kita langsung menuding mereka tidak nasionalis. Mungkin bagi mereka, protes seperti itu justru bentuk nasionalisme,” ujar Ginting. Ia menilai, gambar tengkorak yang terpampang pada bendera Jolly Roger bisa dimaknai sebagai kritik terhadap situasi bangsa, meski terkesan bertolak belakang dengan semangat menuju Indonesia Emas 2045.
Kendati demikian, Ginting menegaskan, aksi pengibaran bendera tersebut sebaiknya tidak dilakukan sejajar dengan Bendera Merah Putih. “Bendera apapun harus berada di bawah Merah Putih. Kita paham, itu simbol sakral perjuangan,” tegasnya.
Terkait respons pemerintah dan masyarakat, Ginting menyarankan adanya pendekatan yang mengedepankan dialog dan pemahaman lintas generasi. “Generasi milenial ini cara protesnya berbeda, jadi kita juga perlu merevisi cara merangkul dan mengajarkan nasionalisme kepada mereka. Nasionalisme bukan sekadar baris-berbaris atau mengibarkan bendera, tapi juga menghormati para pendiri bangsa,” katanya.

Ia menambahkan, momentum bulan kemerdekaan seharusnya menjadi refleksi bersama untuk menyelaraskan nilai-nilai perjuangan dengan cara berekspresi generasi muda. “Saya menghormati sikap mereka, tapi tolong dipikirkan kembali apakah ini pas dengan nilai-nilai kemerdekaan yang kita rayakan di Agustus ini,” pungkasnya.