JAKARTA – Tokoh katolik Indonesia, Romo Franz Magnis-Suseno merasa bahwa selama ini ia merasa nyaman sepanjang berinteraksi dengan Kepolisian. Bahkan nyaris dirinya tidak memiliki kecacatan dalam berhubungan dengan insan korps Bhayangkara.
“Saya ada di Indonesia sejak tahun 61. Saya sendiri pengalamanannya dengan polisi selalu baik. Jadi memang terlalu banyak yang selalu bagus,” kata Romo Franz Magnis dalam dialog interaktif di PTIK, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (29/9/2025).
Ia mengatakan bahwa polisi bukan sesuatu yang harus ditakuti. Sebab mereka adalah teman masyarakat yang diberikan tugas untuk menjaga dan melindungi masyarakat dari berbagai ancaman dan bahaya.
“Menurut saya polisi bukan sesuatu yang menakutkan, tapi yang saya merasa memberi saya suatu keamanan,” ujarnya.

Bahkan pengalamannya 50 tahun lalu di Jerman, terdapat sebuah papan yang bertuliskan Die Polizei ist ein Freund und Helfer der Gesellschaft, yang memiliki arti ; Polisi adalah teman dan pembantumu.
“Polisi itu bg orang biasa merupakan suatu tanda keamanan. Dia tahu kalau terjadi sesuatu saya bisa panggil polisi. Jadi saya anggap penting sekali bahwa kualitas polisi betul-betul diangkat. Sehingga orang-orang yang melihat polisi di mana-mana merasa aman, dibantu dan sebagainya,” tutur Romo Magnis.
Pada dasarnya, kehadiran Polisi harus memberikan keamanan dan kenyamanan bagi masyarakat. Polisi hanya ditakuti oleh para penjahat, karena menurut Romo Franz Magnis, hanya penjahat yang seharusnya takut dengan kehadiran Polri.
“Polisi bukan sesuatu yang menakutkan kecuali bagi penjahat,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia juga menyoroti soal kasus kerusuhan yang terjadi pada akhir Agustus 2025 kemarin, di mana banyak aksi penjarahan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat, hingga pembakaran fasilitas publik, termasuk kantor Polisi.
“Saya anggap penting, merusak, membakar, menjarah, itu hal-hal yang dalam kondisi apa pun tidak dapat dibenarkan. Jadi menurut saya perlu ditindak,” ucap Romo Franz Magnis.
Dalam konteks penyampaian pendapat, tokoh umat Katolik ini pun menegaskan bahwa negara menjamin kebebasan bagi masyarakat untuk menyuarakan apa pun. Sepanjang apa yang mereka lakukan didasari dengan rasa tanggung jawab, yakni tidak melakukan pelanggaran hukum.
“Kebebasan itu harus bertanggung jawab. Masyarakat boleh apa saja, kritik apa saja, kalau misal betul-betul menghina bisa dibawa ke pengadilan, misal kata-kata kotor,” tuturnya.
Pun demikian, Romo Franz Magnis Suseno juga berpesan agar kualitas pelayanan dan integritas di masing-masing insan Bhayangkara perlu diperkuat. Sehingga masyarakat Indonesia bisa merasa nyaman dan aman dengan kehadiran Polri.
“Tapi saya mengharapkan bahwa polisi secara intensif belajar bagaimana mereka bisa dirasakan sebagai teman dan pembantu masyarakat, maka akan sangat meringankan tugas polisi,” tegasnya.
Sebagai contoh yang umum dapat dirasakan adalah ketika berkendara. Ia yakin masyarakat akan sangat senang dan merasa nyaman ketika ada Polri di jalanan. Bahkan untuk aturan lalu lintas pun dirinya yakin masyarakat akan patut dan tertib sepanjang polisi yang bertugas melaksanakan tugasnya dengan penuh dedikasi dan integritas.
“Lalu lintas diatur secara logis, polisi hampir tidak punya pekerjaan karena orang dengan sendirinya akan mengikuti aturan itu. Tentu kalau tidak logis maka orang akan selalu berusaha untuk menghindar dan sebagainya,” tandasnya.
Terakhir, Romo Franz Magnis Suseno pun merasa optimis bahwa Polri akan semakin baik dan mau melakukan perbaikan diri. Apalagi jika merujuk pada pengalamannya selama ini berinteraksi dengan Korps Bhayangkara yang nyaris tanpa cacat dan tiada noda.
“Saya optimis dengan polisi kita, dengan pengalaman saya,” pungkasnya.