Jakarta – Parade robot canggih yang dipamerkan oleh Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dalam peringatan Hari Bhayangkara ke-79 di Monas menuai sorotan luas.
Meski disambut antusias oleh sebagian masyarakat sebagai simbol kemajuan teknologi, kritik dan komentar sinis pun bermunculan di media sosial. Namun, di balik itu semua, ada pesan penting yang perlu dipahami publik secara objektif dan proporsional.
Robot humanoid, robot K9, hingga robot taktis yang ditampilkan bukan sekadar pameran mainan canggih, melainkan bentuk nyata dari transformasi Polri menuju institusi modern dan responsif di era digital 5.0. Di tengah tantangan kejahatan siber, ancaman teror, dan kebutuhan layanan publik yang makin cepat dan presisi, pemanfaatan teknologi seperti ini bukanlah pilihan, melainkan keharusan.
“Investasi pada robot bukan untuk gaya-gayaan, tetapi untuk efisiensi operasional, peningkatan keselamatan personel, dan optimalisasi pelayanan masyarakat,” jelas Sekjen Gerakan Pemerhati Kepolisian (GPK), Muhammad. Ia menegaskan, persepsi publik harus diarahkan pada urgensi membangun kekuatan Polri yang adaptif, bukan terjebak dalam narasi emosional yang menyesatkan.

Mengenai perbedaan harga yang dibandingkan netizen dengan produk e-commerce luar negeri, perlu dicatat bahwa **robot taktis yang digunakan Polri memiliki spesifikasi khusus, custom software, sistem keamanan data, dan rekayasa yang tidak bisa disamakan dengan produk massal di marketplace.** Apalagi, sebagian dari robot ini merupakan hasil karya anak bangsa melalui kerja sama riset dan pengembangan teknologi.
“Apakah kita ingin terus jadi pasar teknologi asing atau mulai percaya pada hasil karya dalam negeri?” tambah Muhammad. Ia juga menyampaikan bahwa wajar jika ada rasa penasaran, tapi penting agar publik tidak terjebak dalam narasi yang merendahkan upaya anak bangsa.
Polri sendiri berkomitmen menjaga transparansi anggaran dan efektivitas penggunaan teknologi, namun publik juga diajak untuk tidak reaktif tanpa memahami konteks strategis jangka panjang.
“Hari ini mungkin terlihat mahal, tapi dampaknya dalam sepuluh tahun ke depan akan lebih hemat, aman, dan efisien. Jangan bunuh inovasi hanya karena kita belum terbiasa,” tutupnya.