Jakarta – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur Ali Mahdi Alhamid, menanggapi langkah mantan Rektor UGM Prof. Sofian Effendi yang mencabut pernyataan kontroversialnya soal ijazah Presiden Joko Widodo.

Dalam pernyataan terbarunya, Prof. Sofian mengaku tidak memiliki bukti atas tudingan yang ia lontarkan, serta menegaskan bahwa permintaan maaf yang ia sampaikan tidak berada dalam tekanan maupun intimidasi.

Habib Syakur pun menilai bahwa kelompok yang selama ini gencar menghembuskan isu ijazah palsu, termasuk Rismon dkk, kini tengah kehilangan panggung dan mulai dipermalukan oleh fakta. Ia menyebut, pencabutan pernyataan dan permohonan maaf dari Prof. Sofian adalah tamparan keras bagi mereka yang selama ini diduga menyebar fitnah tanpa dasar.

“Sudah sangat keterlaluan. Mereka bukan hanya diduga telah menyebar informasi palsu, tapi bahkan menyebarluaskan video tanpa izin, lalu diviralkan dengan framing giring opini publik. Tapi Allah membuka tabir. Alhamdulillah, Prof. Sofian menyadari kekeliruannya dan menyampaikan maaf tanpa ada paksaan,” tegas Habib Syakur dalam keterangannya, hari ini.

">

Lebih lanjut, Habib Syakur menegaskan bahwa tindakan menyebarkan fitnah apalagi menyangkut kehormatan orang lain bukan hanya kesalahan moral, tetapi juga dosa besar dalam Islam.

“Dalam ajaran agama, menyebarkan kabar tanpa tabayyun, apalagi menyangkut kehormatan seseorang, itu perbuatan yang sangat tercela. Fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan. Ini bukan cuma soal politik, tapi juga akhlak dan kejujuran,” ucapnya.

Habib juga menyebut, ada indikasi kuat bahwa Prof. Sofian dijebak oleh kelompok tertentu untuk tampil dan bicara di ruang publik, tanpa memahami dampak yang lebih besar dari pernyataannya.

“Saya menduga kuat Prof. Sofian hanya dijebak oleh Rismon dkk. Mereka hanya ingin menjatuhkan Pak Jokowi dengan cara-cara licik. Tapi sekarang bumerang. Rakyat bisa menilai, siapa yang sebenarnya berdiri di atas kebenaran,” sambungnya.

Ia pun menyatakan dukungan penuh terhadap langkah Prof. Sofian yang memilih untuk meredam polemik, memperbaiki hubungan dengan pihak kampus, dan mengakhiri polemik ijazah Jokowi yang sudah tidak relevan dan terbukti tidak berdasar.

“Ini saatnya masyarakat berhenti dikibuli narasi busuk. Jangan mau diadu domba oleh kepentingan politik yang menghalalkan segala cara. Mari jaga marwah pendidikan dan kebangsaan kita,” tutup Habib Syakur.

Temukan juga kami di Google News.