Jakarta – Peneliti CIE, Muhammad Chaerul angkat bicara terkait temuan ratusan pelajar yang hendak ikut dalam aksi unjuk rasa di sekitar DPR RI pada 28 Agustus. Ia meminta agar Suku Dinas Pendidikan di wilayah Banten, Tangerang Selatan, Tangerang Kota, Bekasi, hingga Karawang segera proaktif melakukan pengawasan.

Menurutnya, sekolah tidak boleh lepas tangan jika siswanya kedapatan bolos dan justru ikut menjadi bagian dari kericuhan. “Kepala sekolah harus ditegur dan diberikan sanksi bila terbukti lalai. Jangan sampai anak-anak dijadikan tumbal untuk aksi yang berujung rusuh,” tegas Chaerul.

Berdasarkan data yang dihimpun, hingga saat ini sebanyak 29 orang masih diamankan di Stasiun KAI Palmerah, terdiri dari pelajar dan orang dewasa. Dari jumlah itu, tercatat 26 orang berstatus pelajar SMP, SMA, dan SMK dari berbagai daerah, sementara 3 lainnya merupakan orang dewasa yang sudah tidak sekolah atau bekerja serabutan. Juga ada dilokasi lainnya sudah terkompulir ratusan pelajar telah diamankan hendak ikut dompleng demo buruh supaya membuat kerusuhan di DPR.

Chaerul menilai keterlibatan pelajar dalam aksi tersebut sangat memprihatinkan. “Fenomena ini jelas menunjukkan lemahnya pengawasan sekolah dan orang tua. Jangan biarkan masa depan anak bangsa hancur hanya karena mereka dimanfaatkan pihak tertentu untuk membuat kerusuhan,” ujarnya.

">

Lebih lanjut, Chaerul meminta aparat penegak hukum dan Dinas Pendidikan untuk melakukan evaluasi besar-besaran agar kasus serupa tidak terulang di masa mendatang. Ia juga menegaskan bahwa para provokator yang sengaja mengajak pelajar harus ditindak tegas sesuai hukum.

“Pelajar itu masa depan bangsa, bukan alat provokasi. Negara tidak boleh kalah dengan oknum yang sengaja menjerumuskan mereka,” pungkasnya.

Temukan juga kami di Google News.