Jakarta – Menjelang peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day pada 1 Mei, tensi hubungan industrial kerap memanas.
Unjuk rasa massal yang digelar serikat pekerja bukan hal baru. Namun, Pengamat Politik Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Dr. Nurmadi Harsa Sumarta, mengingatkan pentingnya sikap bijak dari para buruh dalam menyikapi momentum ini.
Dia menilai, aksi demonstrasi yang tidak dikelola secara bijak bisa menimbulkan efek domino. Tak hanya kerugian ekonomi, reputasi industri pun bisa hancur.
Bahkan, tak sedikit investor yang memilih hengkang dan memindahkan usahanya ke daerah atau negara yang lebih kondusif.

Sementara itu, Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Nany Afrida menyerukan agar seluruh rangkaian aksi berlangsung dengan damai dan tidak terprovokasi. Ia menegaskan, May Day adalah momen penting untuk menyuarakan kepentingan kelompok buruh, termasuk para jurnalis, namun tetap harus dijalankan secara tertib dan kondusif.
Sedangkan Ketua Umum Gerakan Serikat Buruh Indonesia, Rudi HB Daman menyatakan, organisasi buruh disetiap aksinya selalu berkomitmen melaksanakan demonstrasi damai sesuai dengan aturan. Ditegaskan, kaum buruh bukanlah perusuh justru dirusuhi oleh ragam kebijakan yang merugikan kelompok buruh.