Jakarta – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) Habib Syakur Ali Mahdi Alhamid menyoroti manuver Rismon Hasiholan Sianipar yang belakangan ramai di media sosial karena mendatangi pakar forensik digital, Muhammad Nuh Al-Azhar terkait kasus Jessica Wongso.

Menurut Habib Syakur, aksi Rismon bukanlah langkah akademis, melainkan lebih pada upaya mencari perhatian publik.

“Rismon itu nyari panggung, gaya-nya kayak preman seolah-olah dia paling benar. Lagi cari perhatian. Sebenarnya orang model begini tidak perlu diladeni,” tegas Habib Syakur saat dikonfirmasi di Jakarta, Jumat (24/10/2025).

Habib Syakur menilai, dalam diskursus keilmuan, setiap klaim dan analisis seharusnya diuji melalui komunitas profesional yang sah, bukan melalui panggung opini publik di media sosial. Ia menyebut bahwa Asosiasi Forensik Digital Indonesia (AFDI) adalah wadah resmi bagi para ahli di bidang tersebut.

">

“Kalau dia memang ahli, uji di komunitas profesional. Jangan asal bicara di media, seolah paling tahu segalanya,” ujarnya.

Lebih lanjut, Habib Syakur menegaskan bahwa seluruh materi yang dipersoalkan Rismon sejatinya telah dibahas tuntas di persidangan, termasuk perbedaan jumlah frame, tampilan hitam-putih, hingga aplikasi yang digunakan dalam analisis digital forensik.

Ia mengingatkan agar masyarakat tidak mudah terprovokasi oleh pihak-pihak yang menebar keraguan tanpa dasar yang sahih.

“Dalam Al-Qur’an sudah jelas peringatan Allah: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti…’ (QS. Al-Hujurat: 6). Itu tandanya kita harus tabayyun, bukan ikut-ikutan opini yang belum tentu benar,” kata Habib Syakur mengutip firman Allah SWT.

Habib Syakur juga menilai bahwa sikap-sikap seperti yang ditunjukkan Rismon hanya memperkeruh suasana dan mengaburkan logika publik. Menurutnya, bangsa ini membutuhkan dialog yang rasional dan beretika, bukan sensasi personal yang mengatasnamakan kebenaran ilmiah.

“Bangun bangsa itu bukan dengan kegaduhan, tapi dengan ilmu, etika, dan kejujuran. Jangan jadikan keahlian sebagai alat untuk cari nama,” pungkasnya.

Temukan juga kami di Google News.