Jakarta – Ketua Umum organisasi masa lintas agama budaya dan kebhinekaan Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) Gus Wal menyebutkan bahwa relawan Pasukan berani mati telah sudah disusupi agenda pemecah belah bangsa dari kelompok khilafah dan Wahabi.

“Pasukan berani mati pembela Jokowi yang diklaim gelar Apel Akbar di Tugu Proklamasi disusupi kelompok khilafah dan wahabi. Mereka selama ini gencar melakukan politik adu domba dan sangat identik dengan kelompok Pro Intoleransi, Khilafah Wahabi yang melahirkan Radikalisme Separatisme Terorisme,” tegas Gus Wal, hari ini.

Menurutnya, provokasi yang dibawa oleh Pasukan Berani Mati terlihat seperti skenario politik untuk menciptakan ketegangan dan mengadu domba masyarakat. Ini pola kelompok kadrun Wahabi khilafah yang kali ini menyusup mengatas namakan Jihad untuk bela Jokowi.

“Mereka membenturkan antara pemuja dan pembenci untuk saling serang. PNIB meyakini gerakan ini harus diwaspadai dan ditindak tegas aparat penegak hukum dari Polri, TNI, BIN dan lainya,” lanjut Gus Wal.

">

Dikatakannya, kepemimpinan Presiden Jokowi akan digantikan oleh Pak Prabowo selaku Presiden Republik Indonesia Terpilih yang rencananya akan dilantik oleh MPR DPR pada 20 Oktober mendatang. Gus Wal menduga ada upaya menggagalkan acara pelantikan tersebut dengan menciptakan chaos.

Dengan ribuan pasukan bayaran pada apel akbar nanti yang diduga memakai nama embel embel pasukan berani mati jokowi menjadi ancaman keamanan jika kemudian mereka bertindak arogan, intoleransi dan menjurus radikal.

“Jika terjadi situasi chaos yang meluas maka otomastis negara bisa dinyatakan dalam keadaan darurat dan pelantikan Pak Prabowo selaku Presiden Republik Indonesia Terpilih yang baru bisa ditunda. PNIB menghimbau kepada semua pihak untuk jaga persatuan, tidak terprovokasi kelompok kadrun sarapatigenah pemecah belah bangsa pemuja kultus individu. Jangan mau bangsa ini dipecah belah hingga berujung perang saudara seperti di Suriah, Sudan, Bangladesh dan Afghanistan. Jaga NKRI, tanpa syarat, Pasukan Berani Mati itu sepantasnya ditujukan untuk rakyat, bangsa dan negara Indonesia, bukan berani mati untuk memuja individu yang sifatnya personal,” pungkas Gus Wal.

Temukan juga kami di Google News.