Jakarta – Gejolak politik belakangan ini kembali diwarnai dengan kericuhan yang tidak jarang berujung bentrok. Meski banyak pihak menegaskan aksi mahasiswa dan masyarakat berlangsung damai, muncul dugaan kuat adanya penyusup yang sengaja menunggangi situasi.
Pendiri NII Crisis Center, Ken Setiawan, mengingatkan publik untuk tetap waspada terhadap pola lama yang selalu dimainkan kelompok-kelompok tertentu.
Menurutnya, gerakan Khilafah dan jaringan Anarko kerap hadir dalam aksi-aksi besar, bukan untuk menyuarakan aspirasi rakyat, melainkan memancing kekacauan yang bisa mengarah pada situasi chaos nasional.
“Jangan sampai aspirasi murni masyarakat tercoreng oleh ulah segelintir provokator. Pola mereka sudah terlihat jelas, masuk di tengah massa, buat keributan, lalu framing di media agar aksi dianggap anarkis,” tegas Ken.
Lebih jauh, ia mengingatkan masyarakat agar tetap kritis, namun tidak terjebak dalam pola provokasi yang berbahaya. Menurutnya, kelompok penyusup biasanya membawa misi yang jauh lebih besar, yakni agenda asing untuk menggoyang stabilitas bangsa.

Ken mencontohkan bagaimana setiap aksi besar selalu saja muncul pihak yang sengaja memprovokasi massa dengan cara:
* Memicu keributan dengan aparat,
* Merusak fasilitas umum,
* Menyebarkan hoaks di media sosial untuk memperkeruh suasana,
* Menciptakan martir agar emosi publik semakin tersulut.
“Kalau publik tidak cerdas, kita bisa terjebak. Yang rugi bukan hanya aparat, tapi juga rakyat sendiri. Kita harus ingat: kritis boleh, tapi anarkis jangan pernah jadi pilihan,” katanya.
Ken menegaskan, jika masyarakat benar-benar ingin perubahan, jalurnya harus damai dan konstitusional. Sebab, kelompok provokator hanya menunggu momen untuk mengail di air keruh.
“Sekali chaos meluas, bukan hanya pemerintah yang terguncang, tapi rakyatlah yang paling menderita. Itulah tujuan kelompok-kelompok yang ingin Indonesia jatuh dalam skenario besar,” pungkasnya.