Jakarta – Ketua Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI), Sari Wijaya, menyoroti perkembangan demokrasi Indonesia yang dinilai mengalami kemunduran. Hal itu merujuk pada berbagai fenomena, mulai dari perubahan regulasi yang dinilai terlalu cepat tanpa melibatkan kebutuhan masyarakat, hingga terjadinya represi terhadap kebebasan berpendapat.
Mengutip riset internasional yang juga menunjukkan penurunan indeks demokrasi Indonesia, Sari menilai situasi ini harus menjadi perhatian serius. Meski begitu, ia menegaskan bahwa sebagai bagian dari GusDurian, dirinya tetap optimis semangat pluralisme dan demokrasi yang diwariskan Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dapat menjadi inspirasi perbaikan.
“Demokrasi kita memang mengalami kemunduran. Tapi sebagai GusDurian, kita harus tetap kritis dan berpartisipasi aktif. Gus Dur selalu berada di garda terdepan ketika melihat pelemahan demokrasi, seperti saat beliau lantang membela KPK dan kebebasan rakyat,” ujar Sari.
Menurutnya, Gus Dur menjadi teladan bahwa kritik bukanlah sikap destruktif, melainkan bentuk keberanian moral untuk memperjuangkan keadilan. Semangat itulah yang perlu terus dihidupkan oleh generasi muda dan seluruh elemen bangsa agar demokrasi Indonesia kembali berjalan sehat.
“Gus Dur mengajarkan bahwa demokrasi harus membuka ruang seluas-luasnya bagi rakyat, bukan menyempitkan ruang sipil. Karena itu, kita harus menjaga warisan beliau dengan terus mengawal demokrasi yang pluralis, inklusif, dan berkeadilan,” tegasnya.
FPPI menegaskan bahwa tantangan demokrasi hari ini seharusnya menjadi momentum untuk memperkuat kembali fondasi bangsa: kebebasan, keadilan, dan penghormatan terhadap perbedaan. Dengan semangat Gus Dur, Indonesia diyakini mampu keluar dari gejala kemunduran demokrasi dan melangkah ke arah yang lebih maju.