Tvkoma.id – Puluhan warga Distrik Koroptak mengungsi ke Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan. Sebanyak 52 warga berjalan kaki ke Kenyam karena khawatir dengan aksi kelompok kriminal bersenjata (KKB) di wilayahnya.
Komandan Yonif Raider 514/SY Kostrad Letkol Inf Rinto Wijaya mengatakan, pera pengungsi ditemukan personel TNI yang sedang patroli pada Minggu (26/3/2023).
“Pada saat patroli keamanan kampung di Kendibam, telah menemukan sebanyak 52 orang yang terdampar Satgas gabungan akan melakukan pengecekan kesehatan yang dilanjutkan pemberian makan Koroptak,” ujar Rinto melalui keterangan tertulis, Senin (27/3/2023).
Menurut dia, para pengungsi itu kebingungan dan kelelahan karena berjalan selama beberapa hari. Belum dijelaskan secara pasti, apa penyebab mereka mengungsi.
“Mereka sudah melakukan perjalanan selama empat hari menuju Distrik Kenyam akibat khawatir akan teror dari KKB yang menghantui. Hewan ternak babi pun diikutsertakan dalam perjalanan ini,” tuturnya.
Tiba di Kenyam, para pengungsi menjalani pemeriksaan keseahatan untuk mengantisipasi adanya warga yang sakit. Polres Nduga telah menyalurkan bantuan sosial berupa bahan makanan kepada para pengungsi yang berada di perumahan milik Pemerintah Kabupaten Nduga.
Sebelumnya, Egianus Kogoya dan kelompoknya melakukan aksi pembakaran pesawat Susi Air di Lapangan Terbang Distrik Paro, Nduga, pada 7 Februari 2023. Egianus juga menyandera pilot dari pesawat tersebut, yaitu Kapten Philip Mark Mertens (37), yang berkewarganegaraan Selandia Baru.
Setelah insiden itu, Satgas Damai Cartenz memasuki Distrik Paro pada 14 Februari 2023. Satgas memastikan Egianus dan kelompok sudah tak berada di lokasi itu. Distrik Paro juga telah ditinggalkan warga yang mengungsi ke Distrik Kenyam.
Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri mengatakan, Egianus Kogoya meminta tebusan berupa uang dan senjata api untuk membebaskan Kapten Philip.
Pada akhir Februari 2023, Egianus sempat berada di Distrik Kuyawage, Kabupaten Lannya Jaya. Di lokasi itu, Egianus diduga membunuh anak seorang kepala kampung yang berusia enam sampai delapan tahun karena ayahnya menolak memberi makanan.