Jakarta – Usai rame publik soroti fenomena beras oplosan, kini harga beras terus merangkak naik sepanjang 2025, bahkan melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
Kenaikan ini terjadi di tengah klaim produksi beras yang melimpah.
Namun, menurut pengamat pertanian Khudori, fenomena ini bukanlah anomali, melainkan konsekuensi dari kebijakan pemerintah yang tumpang tindih dan gagal mengatur pasar. Khudori, yang juga pengurus pusat Perhepi, menyoroti Instruksi Presiden No 6/2025 yang mewajibkan Bulog dan pihak swasta membeli beras dari petani tanpa mempertimbangkan mutu.
Akibatnya, banyak petani melakukan panen dini dan menjual gabah berkualitas rendah dengan kadar air tinggi.

Terpisah, soal beras oplos, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan 212 merek beras tidak semuanya oplosan. Terdapat pelanggaran lain yang dilakukan produsen, seperti takaran hingga isi kualitas beras berbeda dari label.
Kementan juga menghitung kerugian masyarakat akibat pelanggaran yang dilakukan produsen. Amran mengatakan kerugian masyarakat dihitung dari pembelian beras, misalnya harganya premium, tetapi isinya beras kualitas medium.