Jakarta – Potensi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih terbuka lebar hingga akhir tahun 2025. Kombinasi tekanan eksternal dan fundamental domestik yang dinilai rapuh membuat mata uang Indonesia sulit untuk bangkit.
Pada perdagangan Jumat (26/9/2025), kurs rupiah di pasar spot tercatat menguat tipis 0,07 persen ke level Rp 16.738 per dolar AS. Namun, secara week-on-week (w-o-w), rupiah justru tercatat melemah 0,82 persen dibandingkan posisi Rp 16.601 per dolar AS pada Jumat pekan sebelumnya (19/9/2025).
Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi, menilai pelemahan rupiah belakangan ini sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal. Situasi perang Rusia-Ukraina yang kian memanas disebut sebagai pendorong utama penguatan dolar AS.
Di sisi lain, konflik geopolitik di Timur Tengah juga menambah ketidakpastian global. Israel yang masih menggencarkan serangan ke Palestina dan Yaman, dinilai tidak cukup terpengaruh oleh kecaman dunia internasional di Sidang Umum PBB.

Ibrahim menegaskan bahwa peluang kurs rupiah melanjutkan pelemahan masih besar. Selama tidak ada perbaikan kebijakan struktural dan komunikasi pemerintah lebih konsisten, rupiah sulit bangkit. Apalagi tekanan global diperkirakan tetap tinggi.