Jakarta – Ketua Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI), Sari Wijaya, menegaskan pentingnya peran generasi muda dalam menjaga demokrasi agar peristiwa kelam yang dikenal sebagai “September Hitam” tidak kembali terulang di Indonesia. Istilah “September Hitam” merujuk pada sejumlah tragedi pelanggaran hak asasi manusia, seperti Tragedi Tanjung Priok 1984, Tragedi Semanggi 1999, Talangsari, hingga kasus Munir.

Menurut Sari, sejarah mencatat bahwa peristiwa-peristiwa tersebut tidak hanya menjadi luka bangsa, tetapi juga meninggalkan pekerjaan rumah besar bagi negara yang hingga kini belum sepenuhnya diselesaikan. Karena itu, generasi muda dituntut untuk tidak melupakan sejarah.

“Langkah pertama bagi generasi muda adalah jangan melupakan sejarah. Kita harus terus belajar dari masa lalu agar tidak terjebak pada kesalahan yang sama. Selain itu, penting untuk mengawal demokrasi dan melawan impunitas yang masih terjadi di negeri ini,” tegas Sari.

Ia menekankan, sikap kritis dan keberanian generasi muda dalam menyuarakan keadilan merupakan modal penting untuk memastikan Indonesia bergerak ke arah yang lebih baik.

">

“Generasi muda harus terus berpikir kritis, jangan menelan bulat-bulat situasi yang bisa meninabobokan. Melawan impunitas adalah salah satu kunci untuk memastikan peristiwa kelam seperti September Hitam tidak terulang lagi,” tambahnya.

Dengan semangat belajar dari sejarah dan mengawal demokrasi, FPPI yakin generasi muda Indonesia mampu menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan keadilan, transparansi, dan hak asasi manusia.

Temukan juga kami di Google News.