YOGYA – Organisasi Kemasyarakatan lintas agama, suku dan budaya Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) menyuarakan perlawanan terhadap Intoleransi. Hal tersebut disuarakan dalam saresehan istighotsah ngaji Pancasila di Yogyakarta menyambut 80 tahun kemerdekaan Indonesia.
AR Waluyo Wasis Nugroho (Gus Wal), Ketua PNIB mengatakan, pihaknya mengajak kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk tegas menolak intoleransi, khilafah, radikalisme terorisme dan penyalahgunaan narkoba. Dari Jogja yang sangat kental dengan sejarah perjalanan perjuangan bangsa Indonesia dalam mendirikan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, PNIB dikatakan Gus Wal mengajak seluruh lapisan masyarakat diseluruh Indonesia untuk menyatakan perang terhadap hal-hal tidak baik itu.
“Kami ajak segenap lapisan masyarakat kita perang total menolak dan melawan segala bentuk dan macam Intoleransi Khilafah Terorisme dan Narkoba,” ungkap Gus Wal, Selasa (5/8/2025).
Gus Wal dan PNIB juga mendesak pemerintah untuk segera menetapkan Hari Toleransi Nasional yang selama ini belum ada. PNIB mengusulkan 16 November Sebagai Hari Toleransi Nasional mengikuti hari Toleransi Internasional.

“Penetapan Hari Toleransi Nasional 16 November sangat penting bukan sekedar sebagai hari peringatan atau simbolik saja, namun juga sebagai pengingat bahwasanya Indonesia adalah negara yang menghormati dan menjunjung tinggi toleransi yang berdasarkan Pancasila sebagai dasar negara.
Hal tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan dan menguatkan bahwasanya Intoleransi Khilafah Radikalisme dan Terorisme haram ada di Indonesia,” tegas Gus Wal.
Penetapan Hari Toleransi Nasional sebaiknya diselaraskan dengan Hari Toleransi Internasional diperingati setiap tanggal 16 November. Peringatan ini ditetapkan oleh Majelis Umum PBB pada tahun 1996 untuk memperingati adopsi Deklarasi Prinsip-Prinsip Toleransi oleh UNESCO pada tahun 1995.
“Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya toleransi dan saling menghormati dalam kehidupan sosial, terutama di tengah keberagaman budaya dan agama, mengingat saat ini Indonesia sedang darurat Intoleransi, Khilafah Radikalisme dan Terorisme,” pungkas Gus Wal.