Jakarta – Film animasi nasional “Merah Putih One For All” yang digadang-gadang sebagai karya anak bangsa kini terseret kontroversi panas.
Publik menyoroti kualitas trailer yang dirilis belum lama ini, yang diduga menggunakan hampir seluruhnya aset beli, bukan hasil produksi orisinal tim kreatif.
Padahal, film garapan Endiarto dan Bintang ini mendapat kucuran anggaran fantastis mencapai Rp 6,7 miliar.
Namun, banyak netizen merasa kualitasnya kalah jauh dibanding short movie buatan komunitas animasi independen. Lebih parahnya lagi, sejumlah penonton menilai plot film ini secara tak langsung justru mengandung pesan yang salah.

Dalam salah satu adegan, anak-anak memilih jalan ke hutan untuk mengambil bendera tanpa biaya, dibanding membeli di toko bendera. Netizen menuding ini bisa diartikan sebagai sindiran pada praktik penggelapan dana, di mana anggaran tetap masuk kantong pribadi. Banyak pihak mempertanyakan, ke mana sebenarnya aliran dana Rp 6,7 miliar tersebut.